Jumat, 25 Oktober 2013

LAPORAN 4 Pratikum Instalasi Jarkom by Milha Swan

Manajemen Pengajaran dan Pembelajaran



A.   MANAJEMEN KELAS

1.      Pengertian Manajemen Kelas

Pengertian manajemen / pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Atau pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan untuk bertindak dari seorang guru berdasarkan atas sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke arah yang lebih baik.

Arti pengelolaan kelas dapat ditinjau dari beberapa pendangan:

·         Pandangan otoriter, bahwa pengelolaan kelas sebagai proses mengontrol tingkah laku siswa atau seperangkat kegiatan guru untuk mempertahankan ketertiban kelas.

·         Pandangan permisif, bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat, kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.

·         Pandangan behaviour modification, adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengubah tingkah laku siswa (proses pengubahan tingkah laku) kearah positif.

·         Pandangan penciptaan iklim sosioemosional, bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional yang positif.

·         Pandangan proses kelompok, bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memperhatikan organisasi kelas yang efektif.



2.      Masalah-masalah dalam Manajemen Kelas

a.      Masalah Pengelolaan Kelas

Masalah pergelolaan kelas dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, dan dapat memilih strategi penanggulangannya dengan tepat pula.

b.      Masalah Individu/Perorangan

Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassell (Noorhadi,1985:5), mengemukakan bahwa semua tingkah taku individual merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan kebutuhan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan, kemungkinan akan terjadi beberapa tindakan siswa yang dapat digolongkan menjadi:

·         Tingkah-Iaku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behavior), misalnya membadut di dalam kelas (aktif), atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif).

·         Tingkah-Iaku yang ingin merujukan kekuatan (power seeking behaviours), misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional, seperti marah-marah, menangis atau selalu “Iupa” pada aturan penting di kelas (pasif).

·          Tingkah-Iaku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors), misalnya menyakiti orang lain seperti mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya (kelompok ini nampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif atau pasif).

·         Peragaan ketidakmampuan (displaying indequacy) yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya.

c.       Masalah Kelompok

Masalah ini merupakan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Masalah kelompok akan muncul apabila tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau lemas dan akhirnya siswa menjadi anggota kelompok bersifat pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya terganggu. Apabila kebutuhan kelompok ini terpenuhi, anggotanya akan aktif, puas, bergairah dan belajar dengan baik.

d.      Masalah organisasi

Sekolah sebagai organisasi sosial dan sebagai sub sistem dari sistem sosial yang lebih luas termasuk sistem persekolahan nasional. Pengaruh organisasi sekolah dipandang cukup menentukan dalam pengarahan peri/aku siswa. Dengan kata lain guru dan siswa dipengaruhi oleh organisasi sekolah secara keseluruhan, termasuk cara pengelompokan, kurikulum, rencana fisik, peraturan-peraturan, nilai sikap dan tindakan.

Kebijaksanaan dan peraturan sekolah memberi refleksi kepada sikap nilai, organisasi, tujuan dan peri/aku siswa dalam kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan dikomunikasikan kepada seluruh siswa secara terbuka, maka akan menyebabkan tertanam pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku.

3.      Pendekatan dalam Manajemen Kelas

a.      Pendekatan dengan penerapan sejumlah “Iarangan dan anjuran” .

Pendekatan ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk:

·         penghukuman atau pengancaman
·         penguasaan atau penekanan
·         pengalihan atau pemasabodohan

Pendekatan ini dianggap kurang efektif karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif. Hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan yang lebih luwes dan kreatif.
b.      Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)

Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behavioristik. Yang menganggap bahwa semua tingkah laku merupakan hasil belajar. Dan juga berdasarkan prinsip psikologi bahwa setiap individu perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran. Prinsip psikologi tersebut adalah, meliputi:

·         Tindakan penguatan positif, yaitu memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti “Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca”.

·         Tindakan penghukuman, yaitu suatu penampilan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai, dengan harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku yang tidak dikehendaki

·         Tindakan penghilangan, yaitu tidak memberikan ganjaran yang diharapkan seperti yang lalu (menahan pemberian penguatan positif), atau pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan siswa. Contoh: Didi yang waktu sebelumnva mendapat pujian alas hasil pekerjaannya baik dan rapi yang diserahkan kepada Pak Umar, pada waktu penyerahan pekerjaan berikutnya dengan hasil yang sama, Pak Umar menerima dan memeriksa tanpa memberi pujian.

·         Tindakan penguatan negatif, yaitu meniadakan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak disukai. Atau dengan kala lain menghilangkan hukuman. Contoh : Wawan yang waktu sebelumnya dimarahi Pak guru karena pekerjaannya tidak benar dan tidak rapi, pada pengumpulan tugas berikutnya Pak guru tidak memarahinya lagi. Harapan dari tindakan-tindakan tersebut dapat menghentikan atau mengurangi perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki serta dapat meneruskan atau meningkatkan perilaku-perilaku yang dikehendaki.


c.       Pendekatan Iklim Sosioemosional (Sosio-Emotional Climate)

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa:

·         Proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya iklim sosioemosional yang baik artinya suasana hubungan interpesonal yang baik antara guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa.

·         Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosioemosional yang baik itu. Oleh karena itu, pendekatan ini berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Hubungan guru dengan siswa yang penuh simpati dan saling menerima merupakan kunci pelaksanaan dari pendekatan ini. Dengan demikian, pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah laku atau tindakan guru yang menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar terlibat dalam pembinaan siswa dan memperhatikan apa yang dialami siswa balk suka maupun duka. Implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa siswa bukan semata-mata sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi dipandang sebagai keseluruhan pribadi yang sedang berkembang



d.      Pendekatan Proses Kelompok (Group Proses)

Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa:

·         Pengalaman belajar di sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas.
·         Tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang efektif dan produktif.



e.       Pendekatan Elektis (Electic approach)

Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif guru dalarn memilih berbagai pendekatan dalam satu situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan elektis memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan dalam satu situasi pembelajaran. Penggunaan pendekatan ini menuntut pula kemampuan guru untuk berimprovisasi dalam menghadapi masalah yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya terpaku pada penerapan salah satu pendekatan dalam perbaikan tingkah laku siswa, tetapi dalam melaksanakan tugasnya hendaknya mampu menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut secara bersamaan dua atau tiga pendekatan.

B.   MANAJEMEN PEMBELAJARAN

1.      Pengertian Manajemen Pembelajaran

Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang.

Beberapa bagian terpenting dari manajemen pembelajaran antara lain:

·         penciptaan lingkungan belajar
·         mengajar dan melatihkan harapan kepada siswa
·         meningkatkan aktivitas belajar
·         meningkatkan disiplin siswa

Selain itu dalam penyusunan materi diperlukan pula rancangan tugas ajar dalam wilayah psikomotrik, rancangan tugas ajar dalam wilayah kognitif, serta rancangan tugas ajar dalam wilayah afektif.

2.      Fungsi Manajemen Pembelajaran

Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa depan.

Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.

Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran yang mencakup usaha untuk :

·         Menganilisis tugas.
·         Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
·         Menulis tujuan belajar.



3.      Mengorganisisr Sumber Daya Pembelajaran

Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan, yaitu :

·         Memilih alat taktik yang tepat.
·         Memilih alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat.
·         Memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat).
·         Memilih strategi yang tepay untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur- prosedur serta pengajaran yang kompleks.

Ahmad Tafsir (1992:33) berpendapat bahwa metodologi pengajaran adalah pengetahuan yang membicarakan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.

Dalam hal ini metode mengajar adalah :

·         Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan.
·         Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
·         Merupakan kebulatan dalam satu sistem pengajaran.

Dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah taktik atau strategi yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan mata pelajaran kepada peserta didik.

Menurut Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas, tujuan pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta umur murid.

Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid dengan beberapa metode, yaitu :

a.      Metode Ceramah.

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan. Alasan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ini.

·         Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suaru guru, dengan demikian tidak terlalu memerlukan persiapan yang rumit.

·         Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.

·         Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru dapat  mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

·         Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

·         Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.

Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

·         Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.

·         Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu, dalam proses penyajiannya guru hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk dalam ketajaman menangkap materi pembelajaran melalui pendengarannya.

·         Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses pembelajaran; pikirannya melayang kemana-mana atau siswa mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.

·         Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin siswa seluruhnya sudah paham.

b.      Metode Demontrasi.

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan” (Muhibbin Syah, 2000:22).

Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa “metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.

Menurut Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

Kelebihan metode demonstrasi

·         Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya.

·         Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

·         Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

·         Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

·         Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

Kekurangan metode demonstrasi

·         Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol.

·         Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.

·         Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik.

·         Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas.

·         Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.

·         Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.

·         Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran.

·         Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.


c.       Metode Diskusi.

Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.

Kelebihan Metode Diskusi

·         Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).

·         Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

·         Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.

Kekurangan Metode Diskusi

·         Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
·         Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
·         Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan
·         Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.



d.      Metode Tanya-Jawab.

Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetpi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.

Metode ini dapat diklasifikasikan sebagai metode tradisional atau konvensional. Dalam metode tanya jawab, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawabnya, atau sebaliknya siswa bertanya guru menjelaskan. Dalam proses tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari siswa kepada siswa atau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan  metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah.

Kelebihan Metode Tanya Jawab

·         Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.

·         Merangsang siswa untuk melatih dan mengebangkan daya piker, termasuk daya ingatan.

·         Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

Kekurangan Metode Tanya Jawab

·         Siswa merasa takut, apabila guru kurang dapat mendororng siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab.

·         Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.

·         Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menajawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.

·         Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

Perbedaan antara metode Tanya Jawab dengan Metode Diskusi

Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah : metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu terletak dalam :

·         Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.

Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.

·         Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa

Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru dalam suatu kelas.

e.       Metode Driil atau Latihan Siap.

Metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.

Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang bersangkutan.

Macam-Macam Metode Drill

Bentuk- bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut :

·         Teknik Inquiry (kerja kelompok)

Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.

·         Teknik Discovery (penemuan)

Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.

·         Teknik Micro Teaching

Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.

·         Teknik Modul Belajar

Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).

·         Teknik Belajar Mandiri

Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Keuntungan Atau Kebaikan Metode Drill

·         Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.

·         Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.

·         Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan murid untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga murid langsung mengetahui prestasinya.

Kelemahan Metode Drill

·         Latihan Yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.

·         Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.

·         Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.

·         Latihan yang selalu diberikan di bawah  bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.

·         Karena tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka murid akan merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak berdaya.



f.        Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Belajar.

Metode ini mengandung tiga unsur ialah:

·         Pemberian tugas.
·         Belajar.
·         Resitasi.

Tugas, merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dan pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pembenian tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru membenkan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan "home work" (pekerjaan rumah), padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah. Sedangkan resitasi, tugas yang dibenikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, laboratonium, atau ditempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/pelajaran yang diberikan. Jadi resitasi lebih luas daripada home-work. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan ialah:

·         Mempunyai unsur tugas.
·         Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya.
·         Mempunyai unsur didaktis pedagogis.

Tujuan pemberian tugas :

Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena pelajaran tidak sempat diberikan di kelas. Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-soal yang harus dikerjakan di rumah. Kadang-kadang juga bermaksud agar anak-anak tidak banyak bermain. Sedangkan menurut pandangan tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler, maupun ekstra kurikuler.

Kelebihan :

·         Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih banyak.
·         Memupuk rasa tanggung jawab.
·         Memperkuat motivasi belajar.
·         Menjalin hubungan antara sekolah dengan keluarga.
·         Mengembangkan keberanian berinisiatif.

Kelemahan :

·         Memerlukan pengawasan yang ketat, baik oleh guru maupun orang tua.
·         Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas bantuan orang lain.
·         Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman.
·         Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur.
·         Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.